Sabtu, 31 Maret 2012

Pendidikan Nano Menghasilkan Produk Inovatif



Teman yang baru pulang dari Korea Selatan menyatakan kekagumannya terhadap bola lampu penerangan jalan di Seoul yang memiliki masa pakai lima belas tahun, bahkan bisa mencapai dua puluh tahun. Bola lampu itu merupakan model produk teknologi nano Korea Selatan yang dirasakan manfaatnya oleh masyrakatnya.
Isu itu menjadi kajian penting apabila kita kembangkan  dalam masalah bagaimana lembaga pendidikan dapat menghasilan manusia yang inovatif yang dapat menghasilkan bola lampu yang tahan dipakai dua puluh tahun?
Isu pendidikan nano begitu populer di negara-negara industri saat ini. Pendidikan nano memiliki tujuan utama meningkatkan kompetensi peserta didik dalam bidang etika, sosial, dan seputar disain teknologi untuk menghasilkan produk inovatif. Produk inovatif mereka kembangkan melalui kegiatan pembelajaran, kolaobarasi siswa yang dikuatkan dengan riset di labolatorium. Kegiatan belajar berproses untuk menerapkan ilmu pengetahuan, berkarya, dan menghasilkan produk nyata yang inovatif.
Dalam  proses belajar siswa mendapakan pengetahuan tentang apa produk inovatif, bagaimana menghasilkan produk inovatif, bagaimana mengembangkan pasar dalam merespon kebutuhan nyata masyarakat, dan bagaimana meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.
Sejak beberap tahun 2006 di Universitas Arizona beberap kelompok mahasiswa dididik untuk menginvestigasi potensi nano teknologi dari berbagai disipin ilmu dan mengembangkan disain produk yang berkaitan dengan pemecahan masalah energi energi terbarukan, air bersih,  limbah padat dan kesehatan.
Pendidikan nano berkaitan dengan menyiapkan orang-orang terdidik untuk mengembangkan pasar yang berkaitan dengan inovasi produk teknologi. Handphone yang sekarang menjamur dipasar Indonesia, merupakan produk rancang bangun beberapa waktu yang telah berlalu. Untuk memproduksi dan mengembangkan pasar memerlukan orang-orang terdidik. Oleh karena itu lembaga pendidikan bekerja sama dengan lembaga industri menyiapkan orang-orang terlatih dalam mengembangkan inovasi sebelum produk dipasarkan.
Mobil Esemka Solo Jawa Tengah, laptop produk SMK Bandung dan Banjar Jawa Barat yang akhir-akhir ini populer dipublikasikan merupakan langkah maju dalam semangat pendidikan yang menghasilkan produk inovatif untuk memenuhi kebutuhan nyata masyarakat.  Dalam konteks inovasi produk Sekolah Menengah Kejuruan Indonesia, merupakan model produk pendidikan nano yang tepat. Sekali pun perlu kita lihat bedanya bahwa di Indonesia dapat menghasilkan inovasi yang telah ada di pasar, sedangkan di negara maju para siswa mengembangkan produk inovatif yang belum ada di pasar.
Yang perlu dikembangkan jauh sebelum pelaksanaan pendidikan nano adalah kurikulum dan tenaga pengajarnya. Penyiapan kurikulum seperti di Amerika, mereka kembangkan untuk menghasilkan produk belajar yang inovatif dengan dukungan kompetensi bidang teknologi mutahir  yang terintegrasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum yang dikembangkan menjadi sejumlah rencana dan pengaturan peserta didik untuk mengeksplorasi potensi teknologi nano dalam mengembangkan produk baru yang inovatif. Proses pengembangan seperti ini, juga dilakukan oleh para ahli Eropa. Mereka melakukan langkah-langkah kompetitif. Para pendidik mempersiapkan model latihan utnuk mempersiapkan mahasiswa dalam bidang fisika, kimia, biologi dalam spesifikasi nano teknologi. Di sini mereka diskusikan pula kurikulum pendidikan nano serta tentu saja dengan dukungan aplikasi metode e learning.
Pendidikan nano di perguruan tinggi yang berhasil memicu percepatan inovasi sehingga semakin banyak hal baru ditemukan. Pembanaruan ini  telah berdampak pada model pembelajaran di sekolah menengah dan dasar. Efektifivitas belajar harus mendorong siswa meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan mampu menerapkan dalam berbagai produk inovatif yang diperlukan dalam kehidupan.
Produk belajar yang inovatif bagi siswa dalam pendidikan menengah, tentu saja bukan hanya mampu mendisain mobil atau merakit komputer. Disain inovatif bisa dalam produk apa pun, termasuk dalam unjuk olah pikir dan olah rasa. Itulah sebabnya pendidikan China saat ini menerapkan slogan, tak ada hari tanpa inovasi. Kelompok belajar pada tiap saat adalah kelompok yang tak pernah berhenti berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya sesuatu yang lebih inovatif.
Dari pendekatan pendidikan seperti ini, terbukti telah melahirkan sumber daya yang dinamis dan beradaptasi untuk mencari solusi memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus tumbuh dan berubah.

  • http://www.aspbs.com/jne/
  • http://www.andrew.cmu.edu/org/nanotechnology-forum/Forum_2/Korea_talks/Chang%20Kim%20Talk.pdf
  • http://iopscience.iop.org/1742-6596/100/3/032001
  • http://nanogloss.com/nanotechnology/the-potential-disadvantages-of-nanotechnology/#axzz1kSYFHDhS




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes